...tempat urang daratang neang impian, kokojayan ngudag-ngudag pangharepan, kabagjaan kahayang sing
karandapan, lalugina ulah ukur saliwatan...
(Tempat kita pada datang mencari
impian, berenang-renang mengejar-ngejar harapan, kegembiraan kemauan supaya
terlaksanakan, kebahagiaan tidak hanya sementara)
Bait di atas adalah salah satu syair tembang pop Sunda yang berjudul “Jatigede” karya Bah Duyeh, salah satu
seniman Sunda yang lahir di Cibungur, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang.
Latar belakang Waduk Jatigede telah menjadi inspirasinya untuk berkarya
mencipta lagu. Ia melihat keberadaan bendungan Waduk Jatigede sekarang dan di
masa mendatang akan dikunjungi banyak orang untuk mencari harapan dan mengejar asa.
Setelah resmi dilakukan pengisian air (impounding) pada 31 Agustus
2015. Waduk yang memiliki
kapasitas 980 juta meter kubik air. Kini volume ketinggian air
waduk Jatigede sudah mencapai batas yang telah ditentukan.
Meningkatnya genangan air bendungan Waduk Jatigede itu menjadi daya tarik warga
untuk datang melihat pemandangannya sekaligus berfoto-foto. Mereka tidak hanya
datang dari dekat bendungan. Terutama yang mempunyai hubungan keluarga dengan warga
di sekitar. Tetapi ada juga yang datang dari Bandung, Garut, Tasikmalaya,
Indramayu, Majalengka, Cirebon, bahkan dari Jakarta.
Kehadiran warga tidak hanya ramai berdatangan ke dekat tembok bendung utama. Terletak di Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede. Tetapi ke lokasi lain, misalnya kewilayah Kecamatan
Cisitu, Darmaraja dan Wado.
Dari pengamatan penulis ada beberapa tempat yang banyak didatangi
pengunjung. Misalnya di Desa Pakualam, Cibogo, Jatibungur, Kecamatan Darmaraja,
dan Blok Tanjungduriat di
Desa Pajagan, Kecamatan Cisitu. Bahkan di akhir pekan kehadiran
pengunjung jumlahnya semakin meningkat.
Antusias pengunjung berdatangan setiap hari. Menjadi peluang bisnis baru bagi
warga di sekitar bendungan Jatigede. Salah satunya dengan usaha mendirikan
warung-warung dan menyewakan perahu-perahu dan rakit. Misalnya di Jatibungur,
kini sudah berjejer warung menjajakan makanan. Bahkan di lokasi ini juga sudah tersedia
beberapa perahu, rakit, dan sepeda air yang siap disewakan kepada para
pengunjung.
Bahkan setiap hari saya melihat puluhan pemancing berdatangan dari pagi hingga
sore. Ada juga yang mancing pada malam hari dengan menyewa rakit bambu. Mereka
ada yang datang perorangan dan juga rombongan.
Untuk lebih menarik pengunjung, warga di Jatibungur memberi nama lokasi
wisata air ini sebagai “Banyu Bungur”, mengambil dari nama asli kampung itu yakni, Cibungur. Bagi
Anda yang ingin keliling naik perahu cukup membayar Rp 10.000,- sekali putaran.
Bagi yang hobi mancing Anda bisa menyewa rakit bambu Rp 10,000/hari. Sedangkan untuk sewa sepeda
air hanya Rp 5,000,- per jam.
Lokasi wisata air di Desa Jatibungur, Kecamatan Darmaraja cukup strategis. Bisa
jadi nantinya akan menjadi salah satu spot wisata air yang menarik. Hal ini
bukan tanpa alasan, pertama adalah adanya dukungan akses jalan cukup mudah.
Menghubungkan dari kota Bandung-Sumedang ke arah Wado, Garut,
Tasikmalaya dan Ciamis.
Kedua dari Jatibungur lokasinya cukup terbuka apabila melihat ke arah timur
akan terlihat pemandangan alam bentangan Gunung Jagat/Cakrabuana dan view
Gunung Ciremai bisa menjadi background yang menarik bagi para penikmat
wisata alam.
Tidak hanya itu, dari tempat ini di pagi hari apabila udara cerah bisa
melihat sunrise. Munculnya sang surya dari balik kemegahan Gunung
Ciremai yang berdiri kokoh. Seolah menjadi saksi bisu terusirnya ribuan manusia
demi membangun negeri. Dari tanah leluhur kerajaan Tembong Agung, cikal bakalnya
kerajaan Sumedang Larang.
Tetapi yang lalu biarlah berlalu dengan waktu. Apabila ada masalah yang belum beres dari
dampak sosial bendungan. Pemerintah mempunyai tanggungjawab moral
untuk menyelesaikan persoalan sebaik-baiknya. Jika membiarkan masalah warga tidak
diselesaikan dengan baik. Maka akan menjadi dosa besar pemerintah terhadap rakyatnya.
Dan yang utama, bendungan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah
Jatiluhur. Bisa cepat memberikan manfaat banyak, bernilai positif bagi
masyarakat. Sumberdaya airnya tidak saja digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik atau irigasi dan pesawahan. Tetapi dapat memberi fungsi lain sebagai
pemicu kebangkitan ekonomi di kawasan tersebut.
Secara pribadi saya melihat keberadaan Waduk Jatigede mempunyai prospek
bagus. Cukup menjanjikan di masa mendatang. Akan memberika pesona baru terurama
bagi perkembangan wisata di Kabupaten Sumedang khususnya, Jawa Barat pada
umumnya.
Menurut subuah sumber, Perhutani di Puncakdamar Blok Baros akan mengembangkan
ekowisata alam dengan memanfaatkan area
hutan di sekitar waduk. Alternatif lain obyek wisata yang direncanakan oleh pengelola waduk antara lain akan
dibangun kawasan offroad, camping ground, agrowisata, waterboomm, hotel, zona pancingan, ataupun wisata
seni-budaya.
Bahkan beberapa waktu lalu untuk pemanfaatan sumberdaya air bendungan. Gubernur Jawa
Barat, Ahmad Heryawan sudah tebar 2.5 juta benih
ikan lokal di bendungan Jatigede. Targetnya akan
ditebar 10 juta benih ikan sisanya akan dipenuhi setiap tahun. Adapun jenis-jenis ikan
yang ditebarkan diantaranya: Ikan Patin, Ikan Tambakan, Ikan Emas, Ikan Kancra,
Ikan Tawes, Ikan Nilem, Ikan Beureun Panon, Ikan Baung, Ikan Grasscrap, Ikan
Bandeng dan Udang Galah.
Abah Hadri, mantan kokolot (ketua
kampung) Cibungur.
|
Dengan ditebarnya berbagai jenis ikan di bendungan tersebut diharapkan
kelak bisa dipanen. Sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat di sekitar. Sekarang
pun masyarakat bisa bebas memancing atau menjala ikan.
Cuma sayang ketika saya mencoba ikut keliling naik perahu bersama Hadri, mantan
kokolot (ketua kampung) di Cibungur. Saya melihat ada warga
sedang mencari ikan dengan jerat jaring memanjang (horizontal) di dekat
Kampung Lameta. Apabila jarak lubang jaringnya rapat-rapat. Tentu akan
mempercepat kepunahan ikan-ikan yang baru saja ditebar. Hal ini secara pribadi
saya tidak setuju, berbeda dengan cara dipancing atau dengan dikecrik (dijala).
Bagi yang hobi wista alam dan travelling tidak salahnya berkunjung ke obyek
wisata Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Lokasi wisata baru ini memang menjanjikan
walaupun masih dalam tahap pembenahan. Tetapi cukup menarik untuk dijelajah. Jadi
tidak salahnya mencoba berkunjung ke tempat baru ini, akses jalan cukup mudah.
Berikut rute menuju bendungan Waduk Jatigede:
*dari Jakarta bisa melalui jalan Tol Jakarta-Cikampek, Cipularang-Cileunyi Bandung
terus ke arah Sumedang di Jalan 11 April belok kanan menuju Situraja,
Darmaraja. Atau lewat jalan lingkar luar kota Sumedang sehabis terminal bus akan
menemukan bundaran Alamsari, ambil jalan
lurus menuju Situraja.
*Bisa juga dari Jakarta melalui jalan Tol Cipali. Keluar di daerah Subang
terus menuju arah Sumedang. Dilanjutkan ke arah Tomo-Tolengas-berakhir di
Cijeungjing.
* Jika naik bus dari Jakarta bisa naik bus besar jurusan Kampung Rambutan-Sumedang,Wado.
Turun di Warung Ketan, Kecamatan Situraja terus ke arah Pajagan ada petunjuk
arah ke bendungan Jatigede. Anda bisa juga memilih lokasi lain yang berada di Kecamatan
Darmaraja, yaitu di Desa Pakualam, Cibogo atau Jatibungur.
* Sedangkan dari Tasikmalayabisa naik bus 3/4 jurusan Tasikmalaya-Wado-Cikampek.
* Jika naik bus dari terminal Bekasi atau Cikarang bisa naik bus ¾,jurusan
Wado-Cikarang-Bekasi dengan tarif Rp 45,000,- Rp 50,00-,- melewati Kabupaten Purwakarta dan Subang.
* Dari Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Indramayu, bisa memilih jalan arah
Tomo-Tolengas dan berlanjut ke Cijeungjing Jatigede. Dari arah ini bisa
langsung menuju gerbang utama tembok bendungan.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan sedikit informasi dan bisa
bermanfaat bagi para travelling.
Selalu untuk berdoa dan berhati-hati dalam perjalanan.
kereennnn.........euyyyy
ReplyDeleteLembur uing ... dimana uing baheula digedekeun ku kadeudeuh aki,,,, I love you Jatibungur
ReplyDeleteEta aya photo si WEWENG jeung Bah HADRI beralih profesi eunk :)
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungannya
ReplyDelete